W.E.L.C.O.M.E. to ..

W.E.L.C.O.M.E. to ..
mY bloG

Sabtu, 03 April 2010

RUANG LINGKUP EKONOMI

Definisi dan Metodologi Ekonomi
       Ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam memilih dan menciptakan kemakmuran. Inti masalah ekonomi adalah adanya ketidakseimbangan antara kebutuhan manusia yang tidak terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang jumlahnya terbatas. Permasalahan itu kemudian menyebabkan timbulnya kelangkaan.
       Kata “ekonomi” sendiri berasal dari kata Yunani, yakni (oikos) yang berarti “keluarga, rumah tangga” dan (nomos), atau “peraturan, aturan, hukum,” dan secara garis besar diartikan sebagai “aturan rumah tangga” atau “manajemen rumah tangga.” Sementara yang dimaksud dengan ahli ekonomi atau ekonomi adalah orang menggunakan konsep ekonomi dan data dalam bekerja.
       Secara umum, subyek dalam ekonomi dapat dibagi dengan beberapa cara, yang paling terkenal adalah mikroekonomi vs makroekonomi. Selain itu, subyek ekonomi juga bisa dibagi menjadi positif (deskriptif) vs normatif, mainstream vs heterodox, dan lainnya. Ekonomi juga difungsikan sebagai ilmu terapan dalam manajemen keluarga, bisnis, dan pemerintah. Teori ekonomi juga dapat digunakan dalam bidang-bidang selain bidang moneter, seperti misalnya penelitian perilaku kriminal, penelitian ilmiah, kematian, politik, kesehatan, pendidikan, keluarga dan lainnya. Hal ini dimungkinkan karena pada dasarnya ekonomi seperti yang telah disebutkan di atas adalah ilmu yang mempelajari pilihan manusia.

Metodologi
       Metodologi juga sering disebut sebagai The queen of social sciences, ilmu ekonomi yang telah mengembangkan serangkaian metode kuantitatif untuk menganalisis fenomena ekonomi. Jan Tinbergen pada masa setelah Perang Dunia II merupakan salah satu pelopor utama ilmu ekonometri, yang mengkombinasikan matematika, statistik, dan teori ekonomi. Kubu lain dari metode kuantitatif dalam ilmu ekonomi adalah model General equilibrium (keseimbangan umum), yang menggunakan konsep aliran uang dalam masyarakat, dari satu agen ekonomi ke agen yang lain. Dua metode kuantitatif ini kemudian berkembang pesat hingga hampir semua makalah ekonomi sekarang menggunakan salah satu dari keduanya dalam analisisnya. Di lain pihak, metode kualitatif juga sama berkembangnya terutama didorong oleh keterbatasan metode kuantitatif dalam menjelaskan perilaku agen yang berubah-ubah.
Empat aspek yang erat hubungannya dengan metodologi dalam analisis ekonomi. Aspek-aspek tersebut adalah:

 Masalah pokok ekonomi yang di hadapi setiap masyarakat, yaitu masalah kelangkaan atau kekurangan. Berdasarkan uraian mengenai masalah ekonomi pokok tersebut akan dirumuskan definisi ilmu ekonomi.
 Jenis-jenis analisis ekonomi.
 Ciri-ciri utama suatu teori ekonomi dan kegunaan teori ekonomi.
 Bentuk-bentuk alat analisis yang digunakan pakar ekonomi dalam menerangkan teori ekonomi dan menganalisis berbagai peristiwa yang terjadi dalam perekonomian.

Masalah Ekonomi dan Kebutuhan untuk Membuat Pilihan
      Dalam kehidupan sehari-hari setiap individu, perusahaan-perusahaan dan masyarakat secara keseluruhannya akan selalu menghadapi persoalan-persoalan yang bersifat ekonomi…”Apakah yang diartikan dengan kegiatan ekonomi?”
       Kegiatan ekonomi dapat didefinisikan sebagai kegiatan seseorang atau suatu perusahaan ataupun suatu masyarakat untuk memproduksi barang dan jasa maupun mengkonsumsi barang dan jasa tersebut.

Masalah Pokok Ekonomi
1. Masalah kelangkaan
Masalah kelangkaan atau kekurangan berlaku sebagai akibat dari ketidakseimbangan antara kebutuhan masyarakat dan faktor-faktor produksi yang tersedia dalam masyarakat.
Faktor-faktor produksi yang dapat digunakan untuk menghasilkan barang-barang tersebut adalah relatif terbatas. Oleh karena itu masyarakat tidak dapat memperoleh dan menikmati semua barang yang mereka butuhkan atau inginkan. Mereka perlu membuat dan menentukan pilihan agar semua masyarakat dapat menikmati bersama.

2. Kebutuhan Masyarakat
Yang dimaksudkan dengan kebutuhan masyarakat adalah keinginan masyarakat untuk mengkonsumsi barang dan jasa. Sebagian barang dan jasa ini diimport dari luar negeri. Tetapi kebanyakan diproduksikan di dalam negeri. Keinginan untuk memperoleh barang dan jasa dapat dibedakan kepada dua bentuk:
• Keinginan yang disertai oleh kemampuan untuk membeli.
• Keinginan yang tidak disertai oleh kemampuan untuk membeli.

Keinginan yang disertai dengan kemampuan untuk membeli dinamakan permintaan efektif.
Jenis-jenis Barang :

1. Berdasarkan kepentingan barang tersebut dalam kehidupan manusia. Barang-barang tersebut dibedakan kepada barang inferior (contoh: ikan asin dan ubi kayu), barang esensial (contoh: beras, gula dan kopi), barang normal (contoh: baju dan buku) dan barang mewah (contoh: mobil dan emas).

2. Berdasarkan cara penggunaan barang tersebut oleh masyarakat. Barang-barang tersebut dibedakan menjadi barang pribadi (contoh: makanan, pakaian dan mobil) dan barang publik (contoh: jalan raya dan lampu lalu lintas).

Faktor-faktor produksi
      Yang dimaksudkan dengan faktor-faktor produksi adalah benda-benda yang disediakan oleh alam atau diciptakan oleh manusia yang dapat digunakan untuk memproduksi barang-barang dan jasa-jasa.
Faktor-faktor produksi yang tersedia dalam perekonomian dibedakan kepada empat jenis, yaitu:

1. Tanah dan sumber alam, faktor produksi ini disediakan oleh alam. Faktor produksi ini meliputi tanah, barang tambang, hasil hutan dan sumber alam yang dapat dijadikan modal seperti air yang dibendung untuk irigasi atau untuk pembangkit tenaga listrik.

2. Tenaga kerja, faktor produksi ini bukan saja jumlah buruh yang terdapat dalam perekonomian. Pengertian tenaga kerja meliputi keahlian dan keterampilan. Dari segi keahlian dan pendidikannya tenaga kerja dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu: tenaga kerja kasar, tenaga kerja terampil dan tenaga kerja terdidik.

3. Modal, faktor produksi ini merupakan benda yang diciptakan oleh manusia dan digunakan untuk memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang dibutuhkan.

4. Keahlian keusahawanan, faktor produksi ini berbentuk keahlian dan kemampuan pengusaha untuk mendirikan dan mengembangkan berbagai kegiatan usaha. Kealian keusahawanan meliputi kemahiran mengorganisasi ketiga sumber atau faktor produksi tersebut secara efektif dan efisien sehingga usahanya berhasil dan berkembang serta dapat menyediakan barang dan jasa untuk masyarakat.

MENINGKATKAN PEREKONOMIAN NASIONAL MELALUI PROGRAM-PROGRAM PEMERINTAH.

Gejolak perekonomian global telah melanda hampir seluruh negara di dunia, termasuk juga Indonesia. Dampak krisis keuangan global telah mulai dirasakan pada akhir 2008 dan diperkirakan akan berlanjut dalam I atau 2 tahun mendatang. Terdepresiasinya nilai tukar rupiah terhadap dolar, terpuruk dan melambatnya sektor riil, menurunnya permintaan produk-produk ekspor, dan menurunnya harga-harga komoditas ekspor di pasar internasional telah menurunkan tingkat daya beli masyarakat. Hal tersebut perlu diatasi agar jumlah masyarakat miskin tidak terus bertambah.

Dalam beberapa bulan terakhir sektor riil tidak dapat bergerak sebagaimana diharapkan, terutama dalam menopang pertumbuhan ekonomi nasional, mengatasi masalah pengangguran, dan mengurangi tingkat kemiskinan masyarakat. Hal ini disebabkan oleh adanya berbagai hambatan yang sebenarnya cenderung klasik antara lain lnfrastruktur yang diharapkan membantu pergerakan sektor riil belum tersedia secara maksimal. Kelambatan pertumbuhan sektor riil ini disebabkan masih maraknya praktek-praktek yang menyebabkan terjadinya ekonomi biaya tinggi dan belum berperannya secara maksimal sektor perbankan dalam menyalurkan kredit kepada sektor riil, terutama usaha kecil dan menengah. Selain itu, ketersediaan energi yang terbatas dan cenderung tidak stabilnya pasokan yang disertai masih maraknya aksi-aksi penyelundupan yang mengancam kelangsungan industri dalam negeri dan pembangunan infrastruktur yang masih belum memadai sesuai yang dibutuhkan untuk berkembangnya sektor riil, makin memperlambat laju sektor riil yang berdampak pada rendahnya daya beli masyarakat dan rentannya ketahanan pangan.

Pada sisi lain, dalarn situasi pangan dunia yang terancam mengalami krisis dan menyebabkan naiknya harga pangan dunia, maka meningkatnya impor produk pangan bukan saja akan menggerogoti cadangan devisa, namun juga dapat berdampak negatif terhadap situasi politik dan keamanan nasional. Sejauh ini barang-barang kebutuhan masyarakat, terutama pangan sebagian masih diimpor, karena tidak diproduksi di dalam negeri dan kalaupun diproduksi juga belum mampu mernenuhi kebutuhan masyarakat. Sedangkan para petani di dalam negeri hampir selalu menghadapi masalah, terutama menyangkut harga produksi. Pada saat musim panen, para petani tidak bisa menjual komoditas pangan produksinya seperti beras, gula, kelapa sawit, dan bawang merah dengan harga yang menguntungkan. Harga yang diterima petani tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan, terutama terkait dengan langka dan tingginya harga pupuk serta benih. Hal ini disebabkan, pupuk yang disubsidi ternyata sebagian besar justru diekspor dan sebagian lagi tidak tepat sasaran, sehingga kebutuhan di dalam negeri tidak tercukupi. Selain dihadapkan pada rendahnya harga jual pada saat musim panen, petani juga dihadapkan pada rnasalah klasik, seperti transportasi dan areal pertanian ke ternpat penjualan (khususnya di daerah-daerah transmigrasi di luar Jawa) dan pergudangan sebagai akibat intrastruktur yang belum memadai. Masalah-masalah tersebut menyebabkan kenaikan biaya-biaya yang menyebabkan petani harus menaikkan harga jual. Dengan harga jual yang tinggi tersebut apabila diekspor ke luar negeri tidak akan mampu bersaing dengan produk negara-negara maju yang rnasih mendapatkan subsidi. Rendahnya tingkat produksi pangan yang menyebabkan terus meningkatnya ekspor merupakan dampak dan rendahnya kesiapan teknologi produksi. Bibit produk pangan yang dibutuhkan petani yang varitas unggul dengan produktivitas tinggi sebagian besar masih diimpor. Balai-balai benih bélum mampu bekerja secara maksimal, dan kerjasarna pihak-pihak terkait dengan produksi pangan belurn terjalin dengan balk. Meskipun sebagai negara agraris, namun teknologi pangan di Indonesia masih kalah jauh dibanding dengan negara lain seperti Thailand dan Vietnam.

Dalam upaya mengatasi kelambatan sektor riil, rendahnya daya beli dan rentannya ketahanan pangan di atas, program-program yang telah berjalan dengan baik di tahun kemarin, tentu akan menjadi salah satu langkah pengamanan yang perlu dilakukan di tahun 2009. Program-program tersebut adalah :
  1. Bantuan dan perlindungan sosial, dengan melakukan penajaman fokus dan sinkronisasi serta pengamanan program bantuan dana perlindungan sosial (bantuan langsung tunai/BLT) kepada 19,1 juta rumah tangga sasaran (RTS) dan kelompok rentan lainnya (kaum perempuan miskin, lansia, korban bencana alam/konflik sosial, penyandang cacat, dll).
  1. Pemberdayaan masyarakat melalul PNPM Mandiri, dengan melakukan penajaman fokus penerima PNPM Mandiri yang ditujukan untuk memberdayakan kelompok masyarakat miskin yang rentan atau perluasan program-program penguatan pada PNPM Mandiri, antara lain untuk kelompok perempuan, petani buruh gurem, nelayan miskin, penyandang cacat, penderita penyakit menahun, dan lain-lain.
  2. Penguatan usaha mikro kepada kelompok masyarakat yang telah dilatih dan ditingkatkan keberdayaan serta kemandiriannya pada kluster program sebelumnya, sehingga mereka mampu untuk memanfaatkan skema pendanaan yang berasal dan lembaga keuangan formal seperti Bank, Koperasi, BPR, KUR dan sebagainya.

Meskipun secara umum program-program tersebut telah memberikan manfaat besar bagi warga miskin, namun dalam implementasinya masih dihadapkan pada beberapa permasalahan, sehingga belum memberikan hasil optimal. Mengingat pentingnya program tersebut dalam meningkatkan daya beli masayarakat miskin, maka program tersebut perlu terus dilanjutkan. Namun, agar pelaksanaannya dapat berjalan lancar dan tepat sasaran diperlukan beberapa langkah seperti, up-dating data rumah tangga sasaran (RTS) dan verifikasi ulang, sosialisasi dan peningkatan kenyamanan dan pelayanan, pengamanan polisi pada saat penyaluran, dan untuk daerah terpencil dapat dilakukan di tempat lain yang lebih aman, seperti di Balai Desa.

Sedangkan dalam menjaga daya beli masyarakat dilakukan sejalan dengan langkah-langkah dalam menggerakkan sektor riil. Bergeraknya sektor riil akan menimbulkan multiplier efek pada sektor-sektor lainnya yang dengan sendirinya akan meningkatkan pendapatan dan daya beli masyarakat, antara lain: 
  1. Melaksanakan proyek-proyek padat karya produktif yang berbasiskan partisipasi masyarakat setempat.
  2. Tanpa mengabaikan peraturan perundangan yang ada, mendorong pemanfaatan lahan-lahan kosong untuk kepentingan produktif masyarakat (usaha pertanian).
  3. Pemberdayaan ekonomi rakyat melalui kemitraan antara pengusaha besar dan kecil.
  4. Dalam jangkan pendek memberikan subsidi untuk bahan pokok masyarakat dan program-program BLT, raskin, askeskin harus dilaksanakan secara tepat sasaran, dan selanjutnya didukung oleh bantuan pinjaman tanpa bunga untuk sektor-sektor produktif.
  5. Peningkatan pembangunan infrastruktur di kantong-kantong kemiskinan seperti daerah-daerah terpencil, kampung nelayan dan lain-lain seperti penyediaan solar bersubsidi yang mencukupi di kampung nelayan.
  6. Peningkatan produktifitas pertanian dengan penyediaan akses jalan, akses pasar, irigasi, pupuk dan sarana produksi pertanian lainnya yang cukup, tepat waktu dan harga munah.
  7. Realisasi stimulus fiscal secara tepat dalam rangka mempertahankan kurs rupiah dan menekan tingkat inflasi.
  8. Melanjutkan program KUR, PNPM Mandiri dengan pengawasan yang lebih ketat.
  9. Menaikkan gaji pegawai.
  10. Mendorong penurunan tarif-tarif sejalan dengan penurunan harga BBM oleh pemerintah.

Sementara itu, untuk meningkatkan produksi pangan di dalam negeri diperlukan kebijakan yang memberikan insentif kepada petani untuk lebih giat bercocok tanam dan meningkatkan produksi. Kebijakan perdagangan produk-produk pertanian yang memihak kepada petani dengan tarif impor tinggi. Kemudian sejalan dengan rencana kebijakan pemberian subsidi langsung kepada petani pada 2009 (pengganti subsidi pupuk dan lain-lain) diupayakan mudah dilakukan pengawasan agar subsidi benar-benar sampai ke petani. Sedangkan untuk jangka panjang perlu terus dikembangkan varitas unggul tanaman, ternak, dan ikan yang dilakukan dengan melibatkan akademisi, dunia bisnis, pemerintah dan masyarakat. Selain itu, pembangunan sektor industri juga seharusnya diarahkan untuk memajukan sektor pertanian.

Sumber :  http://indonesiafile.com/content/view/694/48/
STRUKTUR PASAR
  Pasar Persaingan Sempurna dan Pasar Monopoli
            Persaingan sempurna adalah suatu model struktur pasar dari sebuah industri sementara monopoli adalah model yang lain. Secara tradisional, struktur pasar dikaitkan dengan jumlah perusahaan yang aktif dalam industri itu. Suatu keadaan monopoli terdapat bila industri hanya terdiri dari satu perusahaan tunggal. Bila perusahaan itu dapat menyingkirkan pesaing – pesaingnya dengan harga yang rendah, keadaan itu disebut “monopoli alamiah” atau ( natural monopoli ).
            Kekuasaan monopoli  (monopoli power ) dapat diukur dengan penyimpangan antara MC = MR dengan harga P, ia cenderung menurun dengan jumlah perusahaan perusahaan dalam industri itu, dan dengan elastisitas pemintaan konsumen atau produk itu. Jadi kekuasaan monopoli cenderung lebih besar bagi barang kebutuhan dan bagi barang - barang tanpa pengganti yang dekat.
                  
Pasar Monopolistis
            Solusi monopoli dari yang sebelumnya selalu memberikan latar belakang yang diperlukan untuk menganalisa struktur pasar yang dikenal dengan persaingan monopolistis ( monopolistic competition ). Struktur pasar ini menggabungkan sifat – sifat berikut ini :
1.        Persaingan diantara pabrik pabrik, yang kini diperlukan sebagai perusahaan perusahaan yang bebas.
2.        Bebas keluar masuk, dan
3.        Produk – produk yang berbeda – beda (heterogen) diantara perusahaan – perusahaan yang lainnya.
Kedua sifat yang pertama menggambarkan aspek – aspek persaingan dari persaingan monopolistis. Aspek monopolistis digambarkan yang unsur yang ketiga, sifat – sifat yang unik dari produk setiap perusahaan yang ditawarkan ke pasar. Keunikan ini secara metaforis sama dengan suatu derajat monopoli geografis. Setiap perusahaan akan memiliki langganan yang terdiri dari mereka yang berada lebih dekat dengannya daripada ke perusahaan lain di sekitar lingkaran prefensi itu.

Oligopoli
Oligopoli adalah persaingan di antara sedikit pihak yang terlibat. Tetapi hanya jumlah perusahaan sajalah yang tidak menentukan bagaimana pasar berfungsi. Bila jumlah yang besar umumnya menjurus pada tingkah laku persaingan, maka dalam keadaan-keadaan tertentu perusahaan – perusahaan itu mungkin bertindak sebagai pemegang monopoli kolektif.
            Oligopoli mungkin bersifat homogen (seluruh perusahaan memproduksi produk yang tepat sama) atau heterogen (perusahaan – perusahaan memproduksi barang yang berbeda meskipun serupa). Dalam hal yang pertama, tidak ada perbedaan harga di antara perusahaan – perusahaan yang mungkin terjadi dalam keseimbangan.
            Dalam oligopoli yang homogen, dan untuk menyederhanakan hanya menganggap hanya dua perusahaan saja dalam oligopoli, pertama-tama anggap bahwa jumlah (kuantitas) keluaran merupakan variabel keputusan. Bila kedua perusahaan berlaku sama atau simetris, maka pada satu ekstrim mereka mungkin bersengkongkol (collude) untuk memperoleh hasil akibat monopoli sementara pada ekstrim lain mereka mungkin berlaku sebagai pengikut-pengikut harga yang bersaingan. Tetapi jika setiap perusahaan hanya melakukan reaksi secara optimal terhadap apa yang dirasakan sebagai suatu keputusan keluaran yang tidak jujur dari pihak yang lain, maka keseimbangan “cournot” (suatu hal yang khusus dari solusi nash) tercapai, ditengah diantara hasil akibat – akibat kolusif dan persaingan.
            Suatu unsur baru yang timbul dalam oligopoly yang heterogen adalah persoalan ragam produk. Model yang banyak dibicarakan menyimpulkan bahwa suatu industri yang bersifat oligopolistis akan menyediakan ragam yang terlalu sedikit kepada konsumen. Tetapi akibat ini tergantung pada sifat yang meragukan dari model itu. 
            Pemegang oligopoli, meskipun ingin kerjasama, menemukan sulit untuk memaksakan kolusi. Kolusi adalah lebih mudah jika jumlah pemegang oligopoly kecil, jika tidak terdapat pembeli yang banyak, jika produk homogen dan jika kondisi pasar stabil. Argumentasi kontraktual tertentu diantara pembeli dan jumlah, seperti klausul pelanggan yang paling disukai, dapat juga memudahkan kolusi.