W.E.L.C.O.M.E. to ..

W.E.L.C.O.M.E. to ..
mY bloG

Sabtu, 29 Mei 2010

Membidik Organisasi Bisnis Dengan SWOT

“Berikut ini adalah cerita dan bisa jadi adalah catatan “junk” atas hasil dialog dengan salah seorang staf pengajar senior Universitas Airlangga, Prof Dr. Budiman Cristiananta, MA” Pada tanggal 09 Januari 2010 di Kandea, Makassar. Jika ada kawan-kawan yang teah berpengalaman dan membaca catatan ini, mungkin akan tersenyum kecut (semoga tidak), karena harapan saya, dapat dibaca juga bagi yang pemula (utamanya bagi penggiat LSM) tentang apa itu analisa SWOT.
****
Empat tahun lalu saat bekerja pada salah satu program penguatan petani kakao di Kabupaten Luwu dan Luwu Utara yang disponsori oleh USAid, saya memperoleh banyak pelajaran komparatif, mulai dari beragam kisah suka cita para anggota kelompok petani kakao, hingga dinamika pengorganisasian petani kakao yang didasarkan pada analisis sumberdaya dan perangkat manajemen yang mesti dipenuhi oleh mereka.
Dari sana saya memperoleh gambaran bahwa ketakmampuan mereka (dan juga kurangnya penguasaan saya pada analisis SWOT) bertahan hingga program selesai (atau hanya beberapa tahun sejak program selesai) adalah karena motivasi beroganisasi yang masih belum kuat serta iming-iming bantuan melalui program yang masih ada dalam pikiran mereka. Lebih jauh, banyak kelompok petani kakao yang ternyata tidak mampu beradaptasi pada perubahan-perubahan eksternal dari mereka. Semisal, posisi mereka atas “godaan” bantuan dari pemerintah yang ternyata melemahkan daya tawar mereka, tekanan perubahan harga berat kering kakao yang banyak dipermainkan oleh pembeli dari Makassar (cocoa buyers) dengan dalih yang sulit diterima akal sehat petani.
Juga, tren perubahan kebijakan ekspor kakao yang luput dari mereka seperti kemungkinan dikenakan larangan “automatic detention” atau larangan masuk kakao Indonesia ke Amerika jika tidak memenuhi standar tertentu.
Banyak hal yang masih menjadi tanda tanya para kelompok petani itu, para penggiat LSM utamanya saya, terkait bagaimana seharusnya organisasi petani kakao (baik kelompok tani maupun forum kelompok petani kakao) memandang potensi eksternal dan internal untuk dapat bertahan (survive) di tengah berbagai kemungkinan perubahan lingkungan dalam organisasi maupun di luar organisasi.
Menurut Prof Budiman, “organisasi bisnis apapun bahkan termasuk organisasi masyarakat berbasis komoditi dapat dianalisis untuk mencari posisi dan titik kelebihan dan kekurangan mereka untuk mencapai tujuan yang dikehendaki bersama”. “Topik kali ini adalah bagaimana membangun keuntungan kompetitif yang berkelanjutan serta pengantar tentang implementasi strategik berdasarkan alur bangun organisasi”. Katanya. Kita akan melihat alur dan mengamati di tahapan mana analisa SWOT dilaksanakan.
Analisis SWOT adalah akronim dari kata Strength, Weakness, Opportunity and Threats. Bagi saya, topik ini bukan hal baru karena mengingatkan saya saat mulai menelaah kondisi organisasi di masyarakat kaitannya dengan strategi (atas sumberdaya dan manajemen) dan pelaksanaan kegiatan berbasis masyarakat. Mari kita simak penjelasan Prof Budi:
“Proses dalam manajemen strategik, meliputi pengenalan apa yang disebut dengan SWOT (mencakup factor eksternal, dan faktor internal), kemudian penentuan strategi alternatif hingga pemilihan strategi yang terkait dengan berbagai faktor pendukung, implementasi hingga capaian tujuan. Pada tahapan implementasi kegiatan monitoring atau evaluasi merupakan hal pokok karena terkait dengan penyediaan informasi feedback untuk strategi lanjutan dan kemungkinan feed forward information”.
Ihwal Opportunity dan Threat adalah merupakan gambaran faktor eksternal. Sedangkan, faktor internal meliputi kekuatan dan kelemahan (Strength dan Weakness). Faktor-faktor eksternal meliputi sosial budaya, ekonomi, politik dan teknologi. Faktor internal meliputi aspek seperti pesaing, pelanggan, kreditur, debitur, pemerintah, pemasok, serikat buruh, asosiasi usaha, pesero, lembaga kemasyarakatan, media massa dan lain-lain.
“Sampai di sini saya lalu menerawang, ke lima tahun lalu, saat mengamati beberapa kelompok petani kakao di Luwu yang mencoba membangun usaha join marketing kakao (mengumpulkan kakao untuk dijual bersama ke Makassar), bagaimana mereka berhubungan dengan kreditor, para supplier pupuk, para kolektor (pengepul) dan berbagai institusi yang coba mendekati mereka” Banyak dari kelompok yang tidak bisa memahami keterkaitan fungsional di antara mereka dan nyaris menjerumuskan mereka pada ketergantungan yang a-mutualisme. Banyak hal rupanya yang mesti dipenuhi oleh setiap organisasi sebelum mereka merumuskan bentuk pelaksanaan kegiatannya.
“Organisasi-organisasi yang dibentuk itu mesti dibayangkan dulu seperti apa tujuan yang hendak dicapai (semacam visi misinya) lalu mulailah memetakan situasi internal dan eksternal yang terkait dengan organisasi Anda” Kata Prof Budi. Ini penting bagi LSM dan kelompok-kelompok usaha itu. “Tentu apa yang dimaksudkan Prof Budi adalah organisasi yang asal bentuk tentu tidak akan bertahan lama. Kelompok-kelompok petani kakao itu haruslah dibangun oleh kesadaran kolektif anggotanya. Bukan oleh pihak luar”.
Ditambahkan oleh Prof Budi, yang perlu dipertimbangkan pula adalah kaitannya dengan issu ekologi. Organisasi-organisasi itu harus menjamin bahwa produk mereka tidak menggunakan pestisida yang berlebihan atau mesti ramah dengan lingkungan.
Saat ini issu ekologi telah memengaruhi kebijakan perusahaan, itulah mengapa ada program “corporate social responsibility” sebagai jawaban atas pengunaan sumberdaya alam oleh beberapa perusahaan terhadap warga di sekitarnya. Pada perkembangan perusahaan kontemporer faktor ekologi atau ekosistem kini masuk menjadi faktor penting karena sejauh ini, aspek menyangkut keseimbangan ekologi dan kaitannya dengan keberlanjutan perusahaan menjadi begitu relevan.
Dia lalu memberi contoh betapa perubahan temperatur telah terjadi di hampir beberapa daerah. Sebagai missal, Daerah Batu, Malang ada kecenderungan udara pagi tak sedingin lagi beberapa waktu silam, Di Surabaya, suhu 35 derajat dianggap merupakan hal yang tak lazim karena selama ini, suhu maksimum di sana adalah 34. Bahkan di Italila, dulu saat musim semi atau summer, hotel-hotel tak perlu menggunakan pendingin kamar (AC) tapi kini sudah mesti berAC karena cuaca sudah berubah.
“Yang perlu digaris bawahi adalah perubahan-perubahan faktor eksternal dapat menimbulkan opportunity ataupun threats bagi perusahaan atau organisasi nirlaba” Demikian Prof Budiman menjelaskan kaitan perubahan faktor eksternal terhadap perusahaan. Perusahaan, organisasi bisnis dan nirlaba dapat memutuskan beberapa strategi dari keadaan yang ditemui terkait kedua faktor itu. Tentu saja melalui analisis dan berbagai kalkulasi plus minus dari masing-masing faktor ke perusahaan atau lembaga pengelola kegiatan atau proyek.
Dicontohkan, pada aspek sosial budaya, perubahan selera masyarakat bisa berdampak kerugian bagi pihak perusahaan. Pelanggan mungkin mencari produk lain yang lebih mahal saat kondisi keuangannya meningkat. Warung atau kios yang selama ini menjadi langganannya tentu ditinggalkan saat mereka mulai menemukan kepuasaan baru dari tempat lain.
Demikian pula tentang peran pemerintah, tengoklah misalnya, pemerintah mengubah tingkat suku bunga atau katakanlah, pemerintah memberi subsidi (seperti pupuk, alat perkebunan, dll) atau menerapkan “tight money policy”. Semuanya berdampak pada perusahaan atau pelaku usaha. Demikian pula tren perubahan oleh aspek teknologi yang semakin drastis dari masa ke masa. Hal-hal tersebut di atas merupakan contoh, betapa pentingnya mengetahui faktor-faktor berpengaruh yang sedang dihadapi oleh organisasi sebelum menentukan strategi yang akan ditempuh.
Jika hal-hal tersebut di atas telah dipahami oleh manajer atau pengurus kelompok usaha, maka grand strategi dapat diputuskan dengan memilah berdasarkan bobot (plus bagi yang berdampak positif bagi perusahaan atau yang berdampak negative)
Pada tingkatan yang lebih tinggi seperti organisasi yang lebih kompleks (dengan orientasi bisnis yang berskala luas) mereka dapat mengkaji faktor-faktor eksternal maupun internal bahkan memberinya skor dan memutuskan akumulasinya sebagai gambaran tindakan yang akan ditempuh atas sumberdaya, budaya dan struktur organisasi. Kita dapat memilih keputusan strategik seperti, ekspansif (grow and build), atau turn around jika terasa stabil, defensive (retrenchment) atau kombinasi diversifikasi (diversifikasi berhubungan / concentric atau tidak berhubungan/conglomerate).

Sumber : http://www.denun.net/?p=82

Tidak ada komentar:

Posting Komentar